Kamis, 04 Juni 2009

DESA KEJI

Desa Keji merupakan salah satu desa yang terdapat di kecamatan Ungaran Barat. Desa ini memiliki banyak potensi, salah satunya yaitu Kampoeng Seni yang terdapat di Dusun Suruhan


KAMPOENG SENI

Wisata Nostalgia Wisata Ndesa

Kemana orang berwisata di Kabupaten Semarang?Mungkin jawaban paling populer adalah pergi ke Bandungan, berburu sayur-mayur, bebuahan, tanaman hias, dan menikmati kesejukan udara di vila yang bertebaran di sana. Bisa juga mampir ke candi Gedongsongo, Kopeng, Museum kereta Api Ambarawa, Rawa Pening, atau Umbul Sidomukti.

Yup, ada banyak alternatif kunjungan di daerah yang kaya akan obyek wisata, baik wisata alam, budaya, maupun peninggalan sejarah itu. Bagaimana kalau brwisata ke tempat yang bernuansa nostalgia dan ‘ndesa’ di Dusun Sruhan, Desa Keji, Kecamatan Ungaran Barat, Kabupaten Semarang?

Desa wisata itu berjarak sekitar 26 dari Kota Semarang. Berada di lereng Gunung Ungaran dengan panorama khas pedesaan, hawanya begitu sejuk. Perintisnya Sanggar Tari dan Studio Pelestari seni Budaya dan Permainan Tradisional Yoss Tradisional Centre (YTC), hampir satu tahun berselang.

Boleh dibilang, YTC hampir serupa dengan Saung Angklung Mang Udjo di Bandung. Sajian budaya dan tradisi angklung dimainkan dalam sebuah pertunjukan yang menarik. Sama halnya juga jika kita berkunjung ke Bali dan menyempatkan diri menyambangi Bali Classic Centre. Tempat-tempat tersebut menonjolkan kesenian masing-masing daerah yang khas.

Kalau soal popularitas, mungkin masih belum semoncer di Bandung atau Bali. Meski begitu, gagasan Yossiady BS untuk mewujudkan desa itu sebagai tempat wisata edukatif tetap patut diapresiasi. Apalagi potensi desa yang bedekatan dengan sumber air Watu Kemloso itu tak kalah dengan desa wisata lainnya yang sudah eksis di Kabupaten Semarang seperti desa wisata Kopeng Kecamatan Getasan, Desa Candi dan Desa Sidomukti Bandungan, serta Desa Bejalen Ambarawa.

Untuk mencapai Dusun Suruhan Desa Keji, jalur paling gampang adalah lewat alun-alun Ungaran kemudian ke arah utera atu menuju ke Gunungpati. Jaraknya sekiter 4 km dari Kota Ungaran. Setelah melewati Terminal Sisemut hingga ke Perumahan Mapagan, silakan belok kiri dan ikuti petunjuk arah yang terpampang jelas.

Sampai di Lapangan Siseret Dusun Suruhan , wahana kirab budaya bakal berlangsung, sudah banyak orang berkumpul pada area seluas sekitar 1.000 m2. Begitu hangat suasananya oleh tegur sapa anak-anak desa menyambut kedatangan tamu lengkap dengan pengalungan replika kuda lumping warna-warni.

Tampaknya tak ada celah yang tersisa. Begitu penuh dan meriah. Kios-kios bambu beratap sirap menawarkan aneka suvenir, makanan dan minuman khas, dan arena permainan tradisional. Ramai pula gubug untuk belajar membatik motif khas kuda debog-bunga terompet dan srengengen, pengenalan tokoh wayang punakawan. Yang di situ kebanyakan anak-anak kelompok bermain TK. Mereka memperagakan beberapa permainan tradisional seperti dakon, egrang, teklek atau bakiak, sprinto karet dan gasingan.








Tak hanya ketika ada acara kusus, setiap hari minggu, anda bisa berkunjung ke sana untuk menikmati suasana pedesaan dan berbagai atraksi kesenian, khususnya tari. Lihat tarian selamat datang ”kuda debog” begitu unik dan rancak.



Penari anak-anak yang semua nya laki-laki yang menunggang ” seekor kuda” dari pelepah pohon pisang. Dengan kostum dedaunan yang unik, anak-anak begitu lincah menari seturut alunan gamelan dan lantunan merdu sinden. Setelah itu, giliran beberapa remaja perempuan menari kuda lumping pesisiran lengkap dengan kostum cerah dan tata riasan meriah seturut irama musik lesung.



Pemilihan kuda lumping atau kuda kepang itu bukan tanpa alasan. Sudah lebih dari tiga generasi penduduk disitu adalah pembuat dan penari jaran kepang. Menurut yossiady BS dari tim kreatif dan jelajah pariwisata dinas pemuda, olahraga, kebudayaan dan pariwisata kabupaten Semarang, ada sekitar 95 orang suruhan yang menekuni kesenian tersebut.



”Ini upaya kami melestarikan tradisi” tandas lelaki yang akrab disapa Yossi itu.

Benarlah, wisata edukatif seperti YTC layak mendapatkan perhatian. Selama ini mereka berswadaya membangun desa wisata yang diperoleh dari saweran hasil pertunjukan, sedikit demi sedikit disisihakan untuk kas dan membangun sarana menunjang yang representatif. Berdasarkan data YTC, sejak dibuka hampir setahun yang lalu sudah hampir 1000 wisatawan berkunjung.

Menurut dia potensi pembelanjaan turis asing begitu luar biasa dan jika memang lokawisata tersebut dapat dikemas secara lebih atraltif, dia yakin Suruhan layak dikunjungi.”Masih banyak waktu untuk berbenah dan saya harap pemerintah daerah memperhatikan keberadaan desa wisata ini. Nuansa desa di sini tak kalah dengan Bali lho” ujarnya.

Tapi apakah hanya pertunjukan seni budaya saja yang bisa dinikmati? Tidak. Sumber air watu Kemloso yang tak jauh dari lokasi tersebut juga jadi perlengkapan perwisataan. Lebih-lebih setiap tahunnya ada ritual Iriban Banyu kemloso. Perayaan yang jatuh pada Agustus tepatnya Sabtu pahing biasanya di gelar besar-besaran dengan kirab sesaji ke sumber air pengidupan warga itu.

Sebelum acara ritual, lokasi sekitar sumber akan dibersihkan dan ayam-ayam yang dibawa untuk dipotong. Darah pertama si ayam akan diteteskan ke sumber yang keluar dari semak-semak di lereng bukit itu. Menurut mbah Rajak salah seorang sesepuh, ritual itu sebagai upaya umgkapan rasa syukur warga sekaligus upaya pelestarian sumber air.

Selain itu, jalur menuju kemloso inilah yang sering digunakan untuk tracking. Jaraknya tak sampai 1 km untuk sampai ke sungai berbatu dengan aliran deras dari atas bukit. Batu-batu besar menghiasi alur sungai yang biasanya dijadikan rute petualangan. Dengan panjang 1,2 km sungai berkelok-kelok yang airnya selalu jernih pada musim apapun.

Pecel Gablog dan One-Day tour

Selain alam dan atraksi kesenian tradisional, suruhan juga asyik untuk wisata kuliner. Salah satunya, anda bisa menikmati gethuk tetek melek. Unuk sekali namanya. Kata sunarti (35) salah seorang pembuat penganan itu, gethuk berbahan baku singkong ini hampir sama dengan kue jongkong. Bedanya Cuma pembungkusnya saja. Kalau jongkong dibungkus dengan daun pisang, sedangkan tetek melek dibungkus plastik.





Dinamakan melek karena pembuatannya sambil melek - melek ( begadang ) dengan harapan yang menyantap gethuk ini bisa terus melek ( terjaga ) dalam menyaksikan pertunjukan adat dan tarian. Cara membuatnya mudah. Singkong cukup diparut dan diberi garam dan gula jawa selanjutnya dikukus dan diletakkan di atas nampan. Tunggu sampai dingin baru dipotong - potong dan disajikan dengan parutan kelapa.

Menu lain yang patut dicoba adalah pecel Gablok. Jika biasanya kita makan pecel gendar, maka menu yang satu ini menggunakan gablok yang dibuat dari beras. Setelah dimasukkan ke plastik, beras kemudian direbus hingga penuh.

Selanjutnya beras setengah matang sekaligus plastiknya ikut dikukus. Butuh waktu satu jam sampai gablok bisa disantap. Membuat gablok tidak perlu memakai bumbu. Cukup bumbu sambal pecel saja yang dicampur sayuran sawi, tauge, bayam, dan daun kenci plus tambahan tempe mendoan.

Kalau ada pertunjukan, kedua panganan ini jadi serbuan pengunjung. Apalagi seporsi hanya Rp.2000,-. “ Acara baru mulai pukul 10.00 WIB, tapi pagi - pagi sudah banyak orang dating untuk memesan. Saya sering kewalahan,” cerita Sunarti.

Di luar itu, kalau ke Suruhan, kita bisa menyewa homestay dirumah penduduk. Harganya sangat terrjangkau. Cukup Rp 50 ribu per orang, pengunjung tidak perlu khawatir lagi soal makanan. Selebihnya jika ingin membeli paket - paket tertentu seperti kelas membatik atau permainan udukatif lainnya, kita pun tak perlu merogoh kocek terlalu tebal. Hanya Rp. 5 - Rp 10 ribu per orang.
Bahkan, YTC juga menyediakan paket one-day Tour di Kabupaten Semarang. Semisal turis turun dari bandara atau kereta api di Semarang, biasanya bus akan menjemput dan mengantar ke berbagai tujuan yang telah di atur sedemikian rupa. Seharian, para turis akan di antar ke Industri Herbal Ibu Hj Herlin, YTC, industri makanan khas Tumpi , industri tas Deliwang, dan industri Tahu Baxo Ibu Pudji.

Selanjutnya acara makan siang lesehan bermenu terancam bumbu khas dengan ikan gurami bakar dan ayam bakar di Umbul Sidomukti sebelum ke industri border Desa Jetis, Museum KA Ambarawa, Pemandian Muncul, dan Desa Wisata Kopeng untuk melihat cluster tanaman hias dan menikmati stroberi.

Semuanya hanya perlu mengeluarkan Rp. 125 ribu per orang, lengkap dengan transportasi bus mini. Rasanya harga tersebut masih cukup terjangkau untuk sebuah paket wisata dengan banyak tujuan.

Pasalnya, itu juga sudah termasuk tiket masuk lokawisata, souvenir, minuman dan tarian selamat datang, panganan ringan dan makan siang.